PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

BAB I
KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi
           
Hasil gambar untuk pengantar ilmu komunikasiKomunikasi berasal dari bahasa latin communication yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran’. Jadi, secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsure-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukarab pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).
            Proses komunikasi dapat diartikan sebagai ‘transfer informasi’ atau pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan.

            Adapun beberapa definisi komunikasi menurut para pakar, anatar lain:

1.      Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengna efek apa (laswell).
2.      Komunikasi adalah proses diamana seorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun nonverbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl I. Hovland)
3.      Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol (Theodorson dan Thedorson)
4.      Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang kepada orang lain (Edwin Emery)
5.      Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia (Delton E, Mc Farland)
6.      Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dab berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan (William Albig)
7.      Komunikasi berarti suatu mekanisme suatu hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan simbol seacar lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu (Charles H. Cooley)
8.      Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seria aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut (A. Winnet)
9.      Komunikasi merupakan interaksi anatrpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistic, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan seacara langsung/tatap muka ataumelalui media lain (tulisan,visual) (Karlfried Knapp)                                                                                                                                                                    

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat kita golongkan ada 3 pengertian utama komunikasi :

1.      Seacara etimologis : komunikasi dipelajari menurut asal-usul kata, yaitu komunikasi berasal dari bahasa latin ‘communicatio’ dan perkataan ini bersumber pada kata ‘comminis’ yang berarti sama                                               makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan.
2.      Secara terminologis : komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh                                  seseorang kepada orang lain.
3.      Secara paradigmatis : komunikasi berarti poloa yang meliputi sejumlah komponen berkolerasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai tujuan tertentu.
          
B. Proses Komunikasi
           Joseph De Vito (1996) mengemukakan bahwa komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, diaman komponen-komponen saling terkait.bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan beraksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.

   
1.      Langkah pertama,  ide / gagasan diciptakan oleh sumber atau komunikator.
2.      Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialihkan menjadi lambing-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan.
3.      Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambing-lambang komunikasi yang ditujukan kepada komunikan.
4.      Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
5.      Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding khalayak akan mengirimkankembali pesan tersebut kepada komunikator.
Lima tahap terjadinya proses komunikasi memiliki 5 unsur komunikasi. Wilbur Schramm mengatakan bahwa untuk terjadinya proses komunikasi minimal memeliki 3 unsur komunikasi yaitu, komuniktor, pesan, komunikan.
Harold D. Laswell memperkenalkan 5 formula komunikasi untuk terjadinya suatu proses komunikasi yaitu :
who : berkenaan dengan siapa yang mengatakan.                                                                                                                                
what : berkenaan dengan menyatakan apa.
which : berkenaan dengan saluran apa.
whom : berkenaan dengan ditujukan kepada siapa.
what effect : berkenaan dengan efek apa.
Berdasarkan formula tersebut, maka terdapat 5 komponen komunikasi agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik :
•KOMUNIKATOR
•PESAN
•MEDIA
•KOMUNIKAN
•PENGARUH

Esensi dalam proses komunkasi adalah untuk memperoleh kesamaan makna diantara orang yang terlibat dalam proses komunikasi antarmanusia.selain itu, ada 5 faktor yang mempengaruhi proses komunikasi :
1.      The act (perbuatan)
Perbuatan komunikasi meninginkan pemakaian lambing-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia.
2.      The scene (adegan)
Adegan sebagai salah satu factor dalam komunkasi ini menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi.
3.      The agent (pelaku)
Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi.
4.      The agency (perantara)
Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara.
5.      The purpose (tujuan)
Menurut Grace dalam THOHA (1997), ada 4 macam tujuan ;
a.       Tujuan fungsional : tujuan secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan komunikasi.
b.      Tujuan manipulasi : tujuan yang dimaksudkan untuk menggerakkan orang-orang yang mau mnerima ide-ide yang mau disampaikan, yang sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya.
c.       Tujuan keindahan : tujuan untuk menciptakan tujuan-tujuan yang kreatif.
d.      Tujuan keyakinan : tujuan yang bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang pada lingkungan.
C. Dampak Komunikasi
           Setiap aktivitas komunikasi pasti memiliki dampak. Dalam konsep komunikasi paradigmatis disebutkan bahwa komunikasi merupakn sebuah pola yang meilputi sejumlah komponen (unsur) serta memiliki dampak-dampak tertentu.Pada dasarnya komunikasi memilki 3 dampak, yaitu :


1.      Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan. Tujuan ini disebut tujuan kognitif.
2.      Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, idea tau pendapat. Tujuan ini disebut tujuan afektif.
3.      Mengubah sikap, perilaku, dan perbuatan. Tujuan ini disebut tujuan konatif atau psikomotorik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan pola komunikasi yaitu :

no
Dampak
Pola Komunikasi
Fungsi
01
Kognitif
1.      Ceremah umum
2.      Rapat
3.      Kuliah
4.      penerangan
Menjelaskan tentang sesuatu hal agar sesuatu itu dapat dimengerti dan dipahami.
02
Afektif
1.       Media Massa
2.      Diplomasi
3.      Penataraan
Menumbuhkan perasaan tertentu agar mudah dihayati
03
Konatif
1.      Forum Media
2.      Periklanan
3.      Penyuluhan
4.      Public Relations
5.      Kampanye
6.      Propaganda
Menimbulkan perubahan sikap, agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.

D. Sasaran Komunikasi
            Seperti  diketahui bersama bahwa tujuan komunikasi adalah menghibur, memberikan informasi, dan mendidik. Berkaitan dengan hal tersebut, ada 2 macam sasaran komunikasi, antara lain:
1.      Siapakah sasaran komunikasi yang dituju?
2.      Bagaimana efek komunikasi?

a.       Efek komsumtif adalah efek atau pengaruh (pesan) yang dapat langsung diresapi dan dpat diamati.
b.      Efek instrumental adalah efek atau pengaruh dari komunikasi (pesan) yang tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh komunikator dan tidak dapat langsung diamati oleh komunikator.
E. Gangguan Komunikasi
            Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut gangguam (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai keadaan tertentu dalam system kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya kecepatan peraturan. Pencetakan huruf yang saling bertindihan antara satu sama lain dalam surat kabar atau kata-kata yang tidak tepat yang diucapkan oleh penyiar radio adalah salah satu contoh dari gangguan atau hambatan komunikasi.
            Manusia sebagai komunikasi memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterima dari komunikator. Setidak-tidaknya ada 3 faktor psikologis yang mendasari hal tersebut,anatara lain :
1.      Selective attention : orang biasanya cenderung untuk megekspos dirinya hanya kepada hal-hal komunikasi yang dikehendakinya.
2.      Selective perception : suatu kali,sesorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya.
3.      Selective retention : meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang yang berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat.
  
BAB II
TEORI-TEORI
KOMUNIKASI MASSA
KONTEMPORER


A.   Pengertian Komunikasi Massa
                  Komunikasi antarpersonal adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap dari seseorang kepada orang lain. Sedangkan komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap kepada khalayak banyak biasanya menggunakan mesin atau media yang diklasifikasikan kedalam media massa, seperti radio,televise, siaran, surat kabar/majalah, dan televisi)
                  Ada beberapa perbedaan penting antara komunikasi antarpersonal dengan komunikasa massa :
A. Sumber (pelaksana ) komunikasi massa dihadapkan pada suatu “beban” tugas yang berat dalam menyampaikan pesan kepada pendengarnya.
B.  Dibandingkan dengan komunikasi antarpersonal yang mudah memperoleh feed back (umpan balik),komunikasi massa sukar untuk mendapatkan feed back (umpan balik).
C.  Audience komunikasi massa lebih banyak dibandingkan dengan komunikasi antarpersonal . oleh karena itu komunikasi massa lebih besar kemungkinan untuk terjadinya salah persepsi.
D. System komunikasi massa jauh lebih rumit dibandingkan dengan komunikasi antarpersonal.

Berikut ini adalah ciri-ciri khusus sebagai komunikasi massa :
A. Berlangsung satu arah
B.  Komunikator pada komunikasi melembaga
C.  Pesan-pesan bersifat umum
D. Melehairkan keserempakan
E.  Komunikasi komunikan massa bersifat heterogen.
                  Berikut ini adalah beberapa teori komunikasi massa :
A.    Teori  Perbedaan Individu
        Teori yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa media massa sehingga menimbulkan efek tertentu. (Effendy,2003;275). Setiap orang memiliki kualitas yang unik yang menghasilkan reaksi berbeda-beda terhadap pesan media massa. Dengan kata lain, reaksi terhadap konten media massa berbeda-beda tergantung tingkat kecerdasan, keyakinan, pendapat, nilai-nilai, kebutuhan, suasana hati, prasangka, nalar, dll. Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach dalam buku: Mass Communication Theory, tentang: Individual differences perspective menyatakan bahwa pesan media massa berisi atribut stimulus tertentu yang memiliki interaksi diferensial dengan karakteristik kepribadian khalayak. Karena terdapat perbedaan individu dalam karakteristik kepribadian di antara khalayak, maka diasumsikan bahwa akan ada efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan tersebut.
      Dengan demikian, kebutuhan individu, sikap, nilai, keyakinan dan emosional lainnya memainkan peranan penting dalam menyaring dan memilih paparan media massa. ini berarti bahwa khalayak sangat selektif terhadap apa yang mereka baca, dengarkan atau lihat dari media massa. Individual differences menunjukkan bahwa pola pemahaman dan interpretasi dari satu orang mungkin sangat berbeda dari yang lain tergantung konten media massa. Variabel ‘perbedaan efek’ sebagian besar disebabkan oleh terpaan selektif, persepsi selektif dan retensi selektif konten media massa. faktor-faktor ini bertindak sebagai penghalang antara pesan dan efek, sehingga membatasi dampak ruang lingkup komunikasi massa terhadap khalayak secara langsung.
B.     Teori Kategori Sosial
        Teori kategori sosial adalah kumpulan, kelompok, atau kategori-kategori sosial yang ada di masyarakat akan memberikan tanggapan yang seragam terhadap terpaan media.
        Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menampilkan teori ini mengatakan bahwa teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kategori sosial pada masyarakat urban-industrial yang perilakunya ketika diterpa perangsang-perangsang tertentu akan hampir seragam.
                   Asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang menyatakan           bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki     sejumlah ciri-ciri yang sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama. Ciri-          cirinya : usia, seks, pendapatan, pendidikan, permukiman atau pertalian yang bersifat   religius. Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan pada suatu gejala    seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam. Anggota-anggota dari suatu     kategori tertentu akan memilih komunikasi yang kira-kira sama, dan      menanggapinya dengan cara yang hampir sama pula. DeFleur juga menegaskan      bahwa teori ini konsisten dengan dan tampaknya berasal dari sosiologi umum     mengenai massa.
                  Teori kategori sosial merupakan permulaan yang lebih bersifat penjelasan          daripada pembahasan, tetapi sejauh dapat digunakan sebagai landasan untuk          prediksi kasar dan sebagai pedoman untuk penelitian. Teori ini dapat berfungsi         sebagai teori sederhana untuk studi media massa.
                    Jika dibandingkan dengan teori perbedaan individual ditegaskan oleh defluer             bahwa jika perbedaan teori individual menyajikan pandangan mengenai proses             komunikasi yang lebih konsisten dengan penemuan-penemuan dari psikologi    umum, sedangkan teori kategori sosial konsisten dengan dan tampaknya berasal dari      sosial umum mengenai massa.

C.     Teori Hubungan Sosial
         Menurut De Fleur, hubungan sosial secara informal berperan penting dalam merubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunikasi massa. Pesan disampaikan melalui perantara (tidak langsung) atau opinion leader. Opinion leader adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap orang lain, baik bagi mereka yang sedang mencari informasi (opinion seeker) atau yang sekedar menerima informasi (opinion recipient). Padahal pesan-pesan komunikasi massa lebih banyak diterima individu lewat hubungan personal dibanding langsung dari media massa.

D.    Teori Norma Budaya
        Menurut teori ini komunikasi massa memiliki efek yang tidak langsung atas perilaku melalui kemampuannya dalam membentuk norma-norma baru. Norma-norma ini berpengaruh terhadap pola sikap untuk pada akhirnya akan mempengaruhi pola-pola perilakunya. Media massa melalui penyajiannya yang selektif dan menekankan pada tema-tema tertentu mampu menciptakan kesan yang mendalam pada khalayaknya, ketika norma-norma budaya yang mengenai topik-topik yang ditekankan itu disusun dan diidentifikasikan dengan cara-cara tertentu. Karena perilaku individu biasanya terbina melalui norma-norma budaya dengan cara memperhatikan topik atau situasi yang diberikan, maka media massa akan bertindak secara tidak langsung dalam mempengaruhi perilaku. Melalui keempat pendekatan itu diperoleh bukti-bukti penelitian yang menyatakan, komunikasi massa mempunyai efek-efek yang cukup besar setidak-tidaknya tidak sekecil menurut model efek terbatas. Bahwa model efek terbatas sampai pada kesimpulannya yang demikian tentang efek komunikasi massa, khususnya dalam mengubah sikap dan perilaku.

BAB III
MODEL-MODEL
PROSES PERSUSASI
DALAM KOMUNIKASI

Teori-teori yang berhubungan dengan cara komunikasi massa mempengaruhi perilaku individu telah menumbuhkan usaha-usaha lain untuk menyusun konsep yang berhubungan dengan manipulasi melalui pesan-pesan komunikasi. Contoh mengenai hal ini adalah usaha-usaha iklan untuk membujuk konsumen untuk membeli barang yang ditawarkan.
Pada umumnya ada dua model proses persuasi :
1.      Model Psikodinamik : model pertama dari proses persusasi disebut model psikodinamik. Model ini didasarkan oada teori-teori perbedaan individu dalam pengaruh media massa. Menurut model ini, pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi apabila memiliki kemampuan psikologis mengubah minat atau perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi, sesuai dengan kehendak komunikator. Dengan kata lain, kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur psikologis internal individu yang laten (motivasi, sikap dll) dengan perilaku yang diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator. Contoh umumnya adalah kampanye melalui media massa yang coba untuk mempengaruhi pikiran khalayak banyak.

2.      Model Sosial Budaya : model ini dalam proses persuasi didasarkan pada anggapan bahwa pesan-pesan komunikasi massa dapat digunakan untuk mengarahkan individu-individu agar menerima gejala-gejala yang telah didukung kelompok. Hal ini sebagai dasar individu untuk bertidak

BAB IV
EFEK-EFEK
KOMUNIKASI MASSA

Secara umum ada 3 efek komunikasi massa :
1.      Teori  Peluru (The Bullet Theory)
          Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima. Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik (Hypodermic Needle Theory). Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif  terhadap pesan media yang disampaikan. Teori ini dikenal juga dengan teori peluru, bila komunikator dalam hal ini media massa menembakan peluru yakni pesan kepada khalayak, dengan mudah khalayak menerima pesan yang disampaikan media. Teori ini makin powerfull ketika siaran radio Orson Welles (1938) menyiarkan tentang invansi makhluk dari planet mars menyebabkan ribuan orang di Amerika Serikat panik.
Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience.
Teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle (teori jarum suntik), Bullet Theory (teori peluru) transmition belt theory (teori sabuk transmisi). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan.
                Contoh:  Tentang iklan kampanye calon presiden Susilo Bambang Yudoyono. Dengan iklan-iklan di media yang menarik sehingga audience mudah dipengaruhi apa lagi ditambah janji-janji manis yang terdapat di iklan tersebut sehingga audience semakin terpengaruhi untuk memilihnya. Yang pada akhirnya dia terpilih kembali menjadi presiden.

2.      Model Efek-efek Terbatas (The Limited Effects Model)
          Scharmm dan Roberts (1971, hlm.191) melukiskan pandangan baru mengenai khlayak komunikasi masa kini: Suatu khalayak yang sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan, menolak lebih banyak isi media, daripada menerimanya, berinteraksi dengan anggota-anggota kelompok yang mereka masuki dengan isi media yang mereka terima, dan sering menguji pesan media massa dengan membicarakannya dengan orang-orang lain atau membandingkannya dengan isi media lainnya (Tubbs & Moss, 2000, hlm.209).
        Meski teori Limited Effects meruntuhkan asumsi-asumsi Powerful Media, mereka menegaskan pengaruh dari hubungan-hubungan sosial dan proses psikologis individual. Para peneliti lebih lagi berkonsentrasi pada perbedaan di antara individu-individu dalam sebuah khalayak, seperti perbedaan usia, ras, etnis, dan jenis kelamin. Mereka juga mulai mempertimbangkan pengaruh-pengaruh sosial, seperti keanggotaaan politik, agama, dan terutama status ekonomi. Banyak peneliti setuju pada klaim Joseph Klapper (1960) bahwa media hanya merupakan salah satu bagian dari sebuah puzzle, dan perhatian lebih diberikan pada bagaimana individua-individu menginterpretasi pesan-pesan dan bagaimana jenis-jenis pengauh sosial lainnya membentuk persepsi (Baldwin, Perry & Moffitt, 2004, hlm.195-196).

3.      Model  Efek-efek Moderat (The Moderate Effects Model)
         Efek moderat sangat berbeda dengan dua efek sebelumnya. “Model efek moderat ini sebenarnya mempunyai implikasi positif bagi pengembangan studi media massa. Bagi para praktisi komunikasi akan menggugah kesadaran baru bahwa sebelum sebuah pesan disiarkan perlu direncanakan dan diformat secara matang dan lebih baik. Model ini merupakan hasil studi atau riset tentang efek yang dilakukan pada periode 1960-1970an. Studi pada periode itu berangkat dari posisi audiens (bukan dari posisi komunikator) dan lebih memusatkan perhatiannya pada pola-pola komunikasi mereka, khususnya dalam hubungannya dengan pesan-pesan media.
          Model ini meliputi :
a.       Paradigma Pencarian Informasi
        Kecenderungan audiens untuk secara aktif mencari informasi dan tidak semata-mata pasif menerima informasi, bergantung pada opinion leader. Paradigma ini memusatkan perhatiannya pada perilaku individual dalam menceri informasi dan berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor yang menentukan perilaku.
b.      Pendekatan Uses and Gratification
        Pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan asas manfaat dan kepuasan. Menurut pendekatan ini, komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan sejumlah pesan yang dapat dimanfaatkan oleh komunikannya, sekaligus dapat memuaskan berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda dapat menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang berbeda-beda. Rakhmat (2011) menyebutkan, pendekatan ini pertama kali dinyatakan oleh Elihu Katz (1959) sebagai reaksi terhadap Bernard Berelson yang menyatakan bahwa penelitian komunikasi mengenai efek media massa sudah mati. Karena penggunaan media adalah salah satu cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan, maka efek media sekarang didefinisikan sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan tercapai.
c.       Fungsi Agenda Setting
         Model lain yang termasuk model efek moderat adalah pendekatan agenda setting yang dikembangkan oleh Maxwell E. McComb dan Donald L. Shaw. Model ini menunjuk pada kemampuan media massa untuk bertindak selaku agenda (catatan harian) komunikan-komunikannya. Hal ini disebabkan media memiliki kapasitas untuk memilih materi atau isi pesan bagi komunikannya. Materi atau isi pesan ini diterima komunikan sebagai sesuatu yang penting yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya mengenai sesuatu hal. Menurut teori ini, media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting.
d.      Teori Norma Budaya
        Menurut teori ini komunikasi massa memiliki efek yang tidak langsung atas perilaku melalui kemampuannya dalam membentuk norma-norma baru. Norma-norma ini berpengaruh terhadap pola sikap untuk pada akhirnya akan mempengaruhi pola-pola perilakunya. Media massa melalui penyajiannya yang selektif dan menekankan pada tema-tema tertentu mampu menciptakan kesan yang mendalam pada khalayaknya, ketika norma-norma budaya yang mengenai topik-topik yang ditekankan itu disusun dan diidentifikasikan dengan cara-cara tertentu. Karena perilaku individu biasanya terbina melalui norma-norma budaya dengan cara memperhatikan topik atau situasi yang diberikan, maka media massa akan bertindak secara tidak langsung dalam mempengaruhi perilaku. Melalui keempat pendekatan itu diperoleh bukti-bukti penelitian yang menyatakan, komunikasi massa mempunyai efek-efek yang cukup besar setidak-tidaknya tidak sekecil menurut model efek terbatas. Bahwa model efek terbatas sampai pada kesimpulannya yang demikian tentang efek komunikasi massa, khususnya dalam mengubah sikap dan perilaku.


4.      Model Keperkasaan Efek
        Model efek kuat ini baru merupakan suatu indikasi, pada suatu saat orang akan benar-benar mendapati, komunikasi massa memiliki efek yang besar, all-powerfull dalam versi yang baru. Sejumlah studi agaknya sependapat, komunikasi massa dapat mewujudkan powerfull effect apabila ia digunakan dalam program-program atau kampanye-kampanye yang dipersiapkan lebih dulu secara cermat sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi yang ada. prinsip-prinsip itu antara lain sebagai berikut :
                        a). Prinsip mengulang-ulang (redundancy), yaitu mengulang-ulang suatu     pesan selama periode waktu tertentu. Dengan cara ini ternyata banyak membawa hasil dibanding dengan hanya menyajikan pesan tunggal dalam memperoleh efek          yang diinginkan.
                        b). Mengidentifikasikan dan memfokuskan pada suatu audiens tertentu yang          ditargetkan (segmentasi khalayak), kemudia tujuan dari komunikasi atau kampanye itu dirumuskan secara khusus dalam arti pesan-pesannya benar-benar terkait dan terarah kepada pencapaian tujuan. Dengan cara ini audiens merasa, pesan-  pesan itu   ditujukan kepadanya dan tidak kepada setiap orang.
                        c). Ide atau gagasan dari teori-teori komunikasi juga dapat digunakan dalam           pengembangan tema-tema komunikasi, pesan-pesan yang akan diciptakan dan media          yang digunakan.
                        d). Sejumlah prinsip-prinsip yang lain.

BAB V
MENGUAK PERKEMBANGAN
TEORI-TEORI KOMUNIKAS

1.     Paradigma linear
              Banyak ahli pada saat itu khususnya ahli-ahli ilmu komunikasi tertarik pada studi          jaringan sosial maupun komunikasi.Model komunikasi ini merupakan model           komunikasi satu arah dimana komunikannya bersifat pasif.
                Berikut ini adalah beberapa model yang menganut paradigm linear :
aan pada gilirannya, mengubah penafsiran anda atas pesan-pesannya, begitu seterusnya. Menggunakan pandangan ini, tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang mungkinkan pesan atau respons verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan, semuanya bentuk-bentuk komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis pesan. Gaya pakaian dan rambut anda, ekspresi wajah anda, jarak fisik antara anda dengan orang lain, nada suara anda, kata-kata yang anda gunakan, semua itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan dan penilaian anda.
    Dalam model komunikasi transaksional, pengalaman untuk mencapai kesamaan makna akan membuat komunikasi yang terjadi semakin efektif. Misalnya seminar penyuluhan jantung kronis dihadiri oleh pembicara seorang dokter ahli jantung dan peserta seminar adalah orang-orang penderita jantung kronis. Pengalaman tentang pengobatan (memberi pengobatan dan menerima pengobatan) merupakan perpotongan pengalaman diantara dua pihak yang melakukan transaksi. Kesamaan pengalaman ini membuat seminar dapat berjalan dengan baik karena para peserta seminar tidak harus mengerutkan kening mendengar istilah kedokteran tentang penyakit jantung ini, dan dokterpun tidak harus menjelaskan ulang tentang istilah yang berkaitan dengan penyakit tersebut.


      Contoh model komunikasi transaksional :
a.       Model Schramm
                  Menurut Wilburg Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya         tiga unsur: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber      boleh jadi seorang individu atau suatu organisasi seperti surat kabar, stasiun            televisi. Menurut Schramm, setiap orang dalam proses komunikasi adalah       sekaligus          sebagai enkoder dan dekoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari           lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut.

b.      Model Newcomb
                  Theodore Newcomb memandang komunikasi sebagai perspektif psikologi- sosial. Modelnya menyerupai diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para    psikolog sosial dan menyerupai formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam      model komunikasi tersebut sering juga disebut model ABX atau model simetri       Newcomb menggambarkan bahwa seseorang A, menyampaikan informasi terhadap           seorang lainnya, B, mengenai sesuatu, X, model tersebut mengasumsikan bahwa           orientasi A kepada B dan terhadap X saling bergantung dan ketiganya merupakan             suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi.
      1.      Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap tehadap X sebagai objek yang harus                didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)
      2.      Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama
      3.      Orientasi B terhadap X
      4.      Orientasi B terhadap A

c.          Model Westley dan MacLean
                        Westley dan  MacLean ini dipengaruhi oleh model Newcomb, selain juga oleh       Lasswell dan yang lainnya. Mereka menambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek      dan orang yang tidak terbatass yang kesemuanya merupakan ”objek orientasi”   menempatkan suatu peran C diantara A dan B, dan menyediakan umpan balik. Model             Westley dan MacLean mencakup beberapa konsep penting yaitu umpan balik,        perbedaan kemiripan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa, dan       pemimpin pendapat yang penting sebagai unsur tambahan dalam komunikasi massa.

d.      Model Gerbner
                  Model Gerbner adalah merupakan perluasan dari model Lasswell. Model ini           terdiri dari model verbal dan model dragmatik. Model verbal Gerbner adalah sebagai        berikut:
      ·                Seorang sumber
      ·                mempersepsi suatu kejadian
      ·                dan bereaksi
      ·                melalui suatu alat (maluran, media, rekayasa fisik, fasilitas administratif                               dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)
      ·                untuk menyediakan materi
      ·                dalam suatu bentuk
      ·                dan konteks
      ·                yang mengandung isi
      ·                yang mempunyai suatu konsekuensi
      Model Gerbner menunjukan bahwa sesorang mempersepsi suatu kejadian dan        mengirimkan pesan kepadan suatu transmitter yang pada gilirannya mengirimkan     sinyal pada pemerima (receiver), dalam transmisi itu sinyal menghadapi gangguan   dan mucul sebagai SSS bagi sasaran (destination).

e.       Model DeFleur
            Menggambarkan komunikasi massa ketimbang komunikasi antar pribadi. Modelnya merupakan perluasan dari model yang dikemukakan para ahli lain khususnya Shannon dan Weaver dengan memasukan perangkan media massa (mass medium service) dan peragkat umpan balik (feedback).

f.       Model Tubbs
            Menggambarkan komunikasi yang paling mendasar yaitu komunikasi dua orang (diadik). Model komunikasi Tubbs sesuai dengan konsep komunikasi sebagai transaksi yang mengasumsikan kedua peserta sebagai pengirim sekaligus penerima pesan. Model Tubbs melukiskan baik komunikator satu atau dua terus menerus memperoleh masukan yakni rangsangan baik luar dalam maupun luar dirinya yang sudah berlalu baik yang sudah berlangsung juga semua pengalaman fisik maupun sosial.


2.     Model Komunikasi Konvergensi
            Model ini memiliki kecenderungan menuju 1 titik yang sama
Factor yang mempengaruhinya :
a.       Interpretasi
b.      Informasi

BAB VI
METODE ANALISIS
JARINGAN KOMUNIKASI


A.   Sejarah Perkembangan Jaringan Komunikasi
       Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasi sturktur komunikasi dalam suatu system,dimana data hubungan mengenai arus komunikasi disanalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Pada hakikatnya perilaku manusia adalah interaksi melalui mana seorang bertukar informasi dengan seseorang atau lebih.
      Sebagaimana telah dikemukakan dalam pembahasan awal, telah diketahui bahwasanya metode jaringan komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan penemuan metode penelitian social dengan menggunakan data sosiometri dalam suatu system jaringan social.
      Metode sosiometri ditemukan oleh Moreno, merupakan metode baru dikalangan ilmu social dan bermaksud untuk menilit “intra-group-relations”  atau saling hubungan anatara anggota kelompok didalam suatu kelompok (Gerungan, 1983).
      Sedang jaringan social pertama kali digunakan oleh Barnes (1954) didalam studinya mengenai umat gereja yang menempati sebuah pulau di Norwegia. Konsep yang digunakan kemudian dikembangkan oleh Bott (1957) dalam studinya mengenai  peranan suami istri yang terdapat pada keluarga-keluarga di London (Pasurdi Supalran, 1981).
      Sejumlah ahli-ahli antropologi dan sosiologi, antara lain Southall (1956, 1961), Pons (1961, 1962, 1964), dan Epstein (1961) juga telah menggunakan jaringan social dalam studi-studi mereka. Diantara studi-studi mereka yang paling menonjol adalah karya dari Meyer dan Epstein.
       Meyer menyatakan bahwa hakikat dari suatu jaringan social dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa sejumlah pendatang  ke kota tetap berorientasi ke desa, sedangkan sejumlah lainnya beroreintasi ke kota.
       Epstein menyatakan bahwa melalui konsep jaringan social, kita dapat memperoleh data -bagaimana sebenarnya norma-norma dan nilai-nilai tersebar disuatu komunitas terhadap suatu persebaran norma dan nilai sebenarnya terjadi.
        Selanjutnya seorang tokoh antropologi yang menyatakan penting dalam perkembangan konsep jaringan social disekitar tahun enam puluhan adalah Clide J. Mitchell (1966). Ia membedakan tiga macam jaringan social, yaitu yang terwujud dari hubungan-hubungan yang bersifat kategori, hubungan-hubungan yang terwujud dalam struktur, yaitu hubungan-hubungan yang menyangkut norma-norma yang didefinisikan menurut pengharapan peranan yang diwujudkan. Sedangkan dalam tulisan lain Mitchell (1969) memperlihatkan bagaimana suatu system social dapat dilihat sebagai suatu set jaringan-jaringan yang saling berkaitan.
         Kemudian Whitten dan Wolfe (1973) mengajukan sebuah model yang memperlihatkan garis-garis hubungan antar sesama manusia dalam situasi-situasi social yang merupakan suatu jaringan social. Mereka membedakan dua macam jaringan social. Pertama, jaringan social yang tidak terbatas yang digunakan untuk menggunakan sejumlah orang suatu kelompok tanpa menggunakan sesuatu ukuran untuk membatasinya. Kedua, jaringan social terbatas yang dibuat berdasarkan sejumlah ukuran yang dapat dipakai untuk mempelihatkan hubungan-hubungannya dalam jaringan social tersebut secara menyeluruh.
          Dalam komunikasi, konsep jaringan social menjadi sangat penting karena menggunakan konsep ini dan sejumlah model yang telah dihasilkannya, maka sejumlah masalah yang berhubungan dengan komunikasi menjadi lebih tajam dan tepat dapat diteliti dan dianalisis.
           Dalam tradisi penelitian komunikasi, penelitian terhadap jaringan atau unsur-unsurnya dapat ditelusuri cukup jauh keblakang. Salah satu langkah pertama yang mengarah ke pemelahaan jaringan komunikasi adalah rangkain penelitian yang dikembangkan pada wal tahun 1950-an oleh Bavelas, terhadap pola komunikasi dalam kelompok kerja. Walaupun mereka membatasi daripada kelompok kecil yang diteliti dalam kondisi eksperimen, mereka merupakan orang-orang yang pertama memperkenalkan konsep-konsep jaringan ke dalam bidang komunikasi (Alwi Dahlan, 1979)
            Kemudian Lazarsfeld (1944) dan Katz menganlisa jaringan komunikasi yang menyangkut arus informasi berlangsung. Mulanya mereka mempelajari arus dua langkah (two step flows) dan kemudian yang berlangkah ganda (multistep). Berbeda dari kelompok penelitian Bavelas, kelompok ini menelaah penyebaran komunikasi pada masyarakat luas dalam keadaan yang sebenarnya.

B.   Analisis Jaringan Komunikasi
          Analisis jaringan komunikasi merupakan salah satu pendekatan penelitian yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan model kovergensi. Unit analisinya beralihdari individu-individu anggota audience ke hubungan-hubungan antara dua atau lebih individu-individu (sepasang, jaringan komunikasi interpersonal, klik, dan keseluruhan system). Penggunaan unit analisis yang demikian memungkinkan studi model konvergensi.
           Analisis jaringan komunikasi biasanya terdiri dari satu atau lebih dari prosedur-prosedur penelitian berikut ini :
1.      Pengidentifikasian klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan system menentukan bagaimana bagian kelompok struktural ini mempengaruhi  perilaku komunikasi dalam suatu system.
2.      Pengidentifikasian pernanan komunikasi khusus yang tertentu
3.      Mengukur berbagai indeks struktur komunikasi (seperti communication connectedness) pada individu, pasangan, jaringan personal, klik atau keseluruhan system.
Analisis jaringan komunikasi untuk meneliti arus pesan yang khusus dalam suatu system dan kemudian struktur komunikasi ini dibandingkan dengan maksud untuk menentukan bagaimana struktur-struktur tersbut saling berhubungan dengan jaringan komunikasi. Informasi data harus lebih dinamis dibandingkan dengan variabel-variabel struktur social yang statis, sehingga analisis jaringan komunikasi memungkinkan pemahaman struktur social sebagai suatu proses komunikasi.

C.   Contoh Model Jaringan Komunikasi


           Sebagaimana diketahui, suatu skema analisis yang dipergunakan untuk meniliti hubungan-hubungan komunikasi yang kompleks disebut sosiogram. Sosiogram memetakan hubungan-hubungan komunikasi dengan diagram-diagram jaringan.